Beberapa tahun silam, Anda mungkin dengan mudah
menjumpai penyiar di sebuah stasiun radio memancarsiarkan
program-programnya dengan menggunakan script kecil berupa catatan di
atas kertas atau hasil print dipadukan dengan pemutar audio berupa
pemutar CD dan tape recorder/player. Kini, pemandangan tersebut lebih
jarang. Stasiun-stasiun radio, khususnya yang berada di frekuensi FM
perlahan, tapi pasti beralih menggunakan sistem pancar siar yang lebih
terpadu dengan menggunakan
perangkat lunak
yang memungkinkan radio tersebut untuk mereproduksi musik dan suara
dari harddisk komputer daripada menggunakan pemutar CD dan tape
recorder. Stasiun radio tersebut pun menyimpan semua materi iklan,
jingle, efek suara, dan sebagian besar musik di hard disk. Kemudian,
memutar ulang secara instan semua materi melalui keyboard atau dengan
mengklik mouse dan PC atau komputer pun menjelma menjadi bagian "wajib"
dari setiap penyiaran AM & FM, webcasting atau sistem Podcasting di
seluruh dunia. Dalam perkembangannya, peranti lunak atau software radio
ini tidak hanya mereproduksi audio. Tetapi juga, memungkinkan membuat
"playlist" yang dapat mereproduksi secara otomatis, tanpa operator,
sebuah program radio yang lengkap, termasuk mengumumkan meteorologi atau
cuara, jingle, iklan, lagu musik, koneksi jaringan satelit, dan lain
lain, sehingga siaran selama 24 jam bagi sebuah stasiun radio di sebuah
kota kecil tanpa operator atau penyiar bisa dilakukan. Sistem kerja yang
dilakukan peranti lunak tersebut disebut radio automation.
Teknologi
ini diklaim diciptakan pertama kali di Buenos Aires oleh Oscar Bonello
pada tahun 1989. Perangkat lunak radio pertama untuk otomatisasi,
menggunakan kompresi audio digital lossy codec, bernama Audicom dan
diperkenalkan secara internasional pada 1990 pada ajang Konvensi
Asosiasi Penyiaran Nasional di Atlanta, Amerika Serikat. Stasiun radio
pertama di dunia yang menggunakannya adalah salah satu radio di San
Francisco, California. Dasar dari Audicom adalah aplikasi pertama,
ditargetkan pada otomatisasi radio, teknologi kompresi audio yang
digunakan sedikit untuk mengurangi jumlah data. Kini, dunia radio tak
hanya mengenal Audicom, tapi banyak nama peranti lunak lain yang tumbuh
kembang menyusul perkembangan teknologi, khususnya teknologi
kompresi bit MP3 dan kartu audio standar, sehingga semakin banyak
pilihan perangkat lunak otomatisasi di pasar. Beberapa sistem sudah
termasuk fitur berupa fasilitas administrasi untuk departemen lalu
lintas, jadwal Disc Jockey, "jendela" Live Assist, hingga kontrol
otomatisasi Artificial Intelligence.
Secara
lebih rinci, Taqwa Basalama, Business Development Manager &
Creative Head PT Radionet Cipta Karya (Grup Masima yang menaungi radio
Prambors, Delta) menyebutkan bahwasanya radio automation adalah suatu
paket sistem Informasi Teknologi (IT) yang memungkinkan tim radio
menjalankan proses kerja radio secara optimal, termasuk di dalamnya
sistem player (di ruang siaran, digunakan oleh operator siaran atau
penyiar), traffic/ad scheduller (pengelolaan iklan, digunakan oleh
traffic staff), program scheduller (untuk perencanaan program siaran,
biasa digunakan oleh program director), music scheduller (bagi radio
musik, digunakan oleh music director), news scheduller (bagi radio
berita, digunakan oleh news editor), dan beberapa opsi aplikasi lainnya
terkait interaksi dengan pendengar seperti sistem pengelolaan telepon,
SMS, social media (FB/Twitter/lainnya), website, dan lain lain. Kehadiran
radio otomatisasi ini, tentunya diharapkan bisa memberi manfaat optimal
bagi pengguna atau "stakeholder" penyiaran radio. Misalnya, Bagi
pemilik, penggunaan radio automation yang baik akan meningkatkan brand
equity dari radionya. Bagi para pengelola radio, mereka
dapat lebih efisien dan efektif dalam mengelola operasional radionya,
dari mulai membuat perencanaan siaran, proses kontrol dan pelaksanaan
siaran, pelaporan, sampai dengan analisa. Bagi klien pemasang iklan,
penggunaan radio automation pada radio menjadi salah satu faktor utama
dalam penentuan channel radio, iklan yang dijadwalkan akan lebih tepat
waktu penayangannya, dan bukti siar yang dihasilkan dari radio
automation tentunya meningkatkan tingkat kepercayaan para pengiklan.
Sementara itu, bagi pendengar, manfaat tidak langsung dapat dirasakan
dalam menikmati siaran radio tersebut, seperti aspek “kesegeraan” dalam
pencarian materi request, penggunaan berbagai sound effect atau back
sound yang menarik, sampai kualitas audio yang tidak pernah menurun
karena penggunaan radio automation juga mensyaratkan penggunaan format
audio digital dalam playernya.
Perkembangan dan Pertimbangan Radio Automation
Saat
ini sudah cukup banyak brand baik mancanegara maupun lokal yang
menawarkan sistem radio automation, baik yang terintegrasi maupun yang
partial sesuai fungsi yang diperlukan. Menurut Taqwa
Basalama, beberapa produsen mancanegara bahkan sudah membuat integrasi
dengan hardware (mixer, monitor siaran, dll). Tak heran, bila Peranti
lunak asal mancanegara sudah lebih dulu menawarkan bahkan
berhasil menjual kepada radio-radio kelas atas ataupun radio berjejaring
(networking radio),
diantaranya adalah
produk dari RCS (www.rcsindonesia.com), BSI (www.bsiusa.com), Jazler
(www.jazler.com), dll. Merk lokal sendiri terlihat masih bermain di
radio kelas menengah ke bawah meskipun kalau dilihat dari penetrasinya
cukup signifikan. Salah satu brand lokal yang aktif melakukan penetrasi
saat ini adalah radio 2.0 dari Zamrud Technology dan
e-broadcasting Institute yang memadukan teknologinya dengan audio
streaming (www.suararadio.com). Merk-merk peranti lunak ini dipilih
pengguna biasanya berdasarkan fitur yang dimiliki selain harga. Fitur
yang biasanya dijadikan aspek pertimbangan bagi pengguna atau calon
pengguna dalam pemilihan radio automation, menurut Taqwa Basalama,
antara lain:
1. Pemenuhan semua fungsi utama (perencanaan, pelaksanaan, kontrol, report, dan analisa)
2. Integrasi sistem
a.Di dalam Radio Automation, baik penggunaan satu brand untuk sistem yang terintegrasi atau
menggunakan beberapa brand yang open system
b.Kepada sistem di luar Radio Automation. Misalnya, interkoneksi laporan siar/invoice terhadap software keuangan.
3. User friendly, dalam arti kemudahan bagi para user, kadang tampilan yang mewah dan menarik
belum tentu memudahkan user. Sebaliknya, tampilan yang sederhana bisa jadi dapat memenuhi seluruh kebutuhan sistem operasi radio.
4. Fleksibilitas dan dukungan teknis, adanya kemudahan modifikasi jika terjadi perubahan dalam proses kerja radio, apakah bisa dilakukan oleh tim internal, oleh developer, atau oleh jasa teknis outsource.
5. Terakhir, tentu saja biaya, baik biaya setup maupun biaya bulanan, karena sebagus apapun sistem yang ditawarkan komponen biaya harus dihitung dengan tepat sehingga dapat dipilih aplikasi yang paling optimal dan efisien sesuai dengan kondisi dan kebutuhan dari radio tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar