Rabu, 16 Januari 2013

Tentang Perbedaan kebutuhan dengan keinginan

KEBUTUHAN VS KEINGINAN
Oleh: Ahmad Gozali
Dikutip dari Majalah ALIA
Hati-hati kalau Anda tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Karena kalau Anda tidak bisa membedakan yang mana itu yang masuk sebagai kebutuhan dan yang mana yang sebenarnya masuk sebagai keinginan, bisa-bisa Anda menjadi orang yang boros.
Dan boros ini bisa menjadi biang masalah dalam keuangan Anda. Dengan hidup boros, lama kelamaan bisa terjadi defisit. Pemasukan Anda sudah tidak mampu lagi membiayai pengeluaran yang terus membesar karena sifat boros. Dan kalau sudah defisit, seringkali mencari jalan keluar yang singkat yaitu dengan berhutang. Hutang, apalagi yang berbunga, bisa membuat Anda bangkrut. Dan bangkrut itu adalah akhir dari nasib keuangan Anda.
Karena tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan, maka dengan ringannya Anda bisa mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk membeli sesuatu. Padahal mungkin uang itu akan lebih bermanfaat kalau sekiranya digunakan untuk hal lainnya.
Tidak bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan juga bisa membuat Anda tidak bisa menentukan dengan baik prioritas dalam melakukan pembelanjaan. Malah, bisa jadi Anda mengorbankan suatu kebutuhan untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan.
Apa sih bedanya antara kebutuhan dan keinginan?
Sebenarnya tidak ada batasan yang pasti untuk menentukan perbedaan antara kebutuhan atau keinginan. Tapi sebagai panduan, seroang kawan saya memberi definisi berikut:
Kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan oleh manusia sehingga dapat mencapai kesejahteraan, sehingga bila ada diantara kebutuhan tersebut yang tidak terpenuhi maka manusia akan merasa tidak sejahtera atau kurang sejahtera. Dapat dikatakan bahwa kebutuhan adalah suatu hal yang harus ada, karena tanpa itu hidup kita menjadi tidak sejahtera atau setidaknya kurang sejahtera.
Sedangkan keinginan adalah sesuatu tambahan atas kebutuhan yang diharapkan dapat dipenuhi sehingga manusia tersebut merasa lebih puas. Namun bila keinginan tidak terpenuhi maka sesungguhnya kesejahteraannya tidak berkurang.
Itu kalau kita lihat dari segi kepuasan atau kesejahteraan seseorang. Tapi yang namanya kesejahteraan dan kepuasan juga sangat relatif bagi setiap orang. Sedangkan saya sendiri berpendapat bahwa untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan, harus dilihat dari segi fungsinya. Sesuatu dikatakan sebagai keinginan kalau sudah merupakan tambahan atas fungsi utamanya.
Contoh sederhana, makan adalah kebutuhan yang tidak terelakan. Bukan cuma manusia, setiap makhluk hidup butuh yang namanya makan. Makan akan memberikan tenaga dan kesehatan bagi manusia, maka makan makanan yang bergizi adalah kebutuhan kita semua.
Makanan memiliki fungsi utama sebagai sumber energi untuk tubuh. Sedangkan memberikan rasa enak adalah fungsi tambahan dari makanan. Maka makanan enak adalah keinginan, bukan kebutuhan. Tapi bukan berarti tidak boleh makan makanan yang enak-enak. Hanya saja kita perlu mempertimbangkan dulu apakah pengeluaran untuk makanan enak itu akan mengorbankan kebutuhan yang lain atau tidak.
Contoh lain. Berpakaian adalah kebutuhan kita agar terlindung dari cuaca. Pakaian juga berfungsi untuk menjaga aurat yang musti kita jaga. Bagi sebagian orang mungkin memang dibutuhkan untuk berpakaian dengan jenis tertentu untuk kepantasannya, seperti memakai dasi atau jas. Tapi apakah perlu memakai pakaian yang bermerk dan mahal? Saya rasa pakaian bermerk dan mahal bukan lagi kebutuhan, tapi keinginan saja.
Rumah juga kebutuhan, tempat kita tinggal dan bernaung. Agar rumah bisa berfungsi dengan baik, rumah juga ditunjang dengan berbagai perlengkapan rumah tangga seperti televisi, kulkas, dan perabotan lainnya. Setiap alat dan perabotan itu memiliki fungsinya masing-masing. Selama itu digunakan sesuai dengan fungsinya, itu adalah kebutuhan. Tapi kalau sudah digunakan untuk “pamer”, sekedar menunjukkan kepada tetangga bahwa kita pun mampu membeli seperti mereka. Saya rasa itu bukan lagi kebutuhan, itu hanya keinginan. Dan keinginan seperti ini sebaiknya tidak dituruti.
Standar kebutuhan dan keinginan bagi setiap orang bisa jadi berbeda. Tentunya sangat tergantung dari kondisi lingkungan, aktivitas harian, tuntutan pekerjaan/profesi dan sebagainya.
Bagi sebagian orang, mobil sudah merupakan kebutuhan. Untuk bisa menunjang aktifitasnya yang banyak di luar rumah dan sering bepergian, maka mobil adalah alat transportasi yang menjadi kebutuhan. Jika fungsi mobil adalah untuk alat transportasi, membawa kemana kita akan pergi.
Tapi seringkali kita punya keinginan untuk menambah berbagai macam aksesories mobil, bukan untuk menambah kenyamanan atau kemanan berkendara, tapi hanya sekedar mempercantik penampilannya saja. Saya rasa itu bukan kebutuhan, itu cuma keinginan saja. Dan keinginan ini bisa ditunda kalau semua kebutuhan yang lain sudah terpenuhi dengan baik.
Apalagi memiliki beberapa jenis mobil, padahal kita hanya bisa menggunakannya satu saja. Saya rasa itu sudah jelas keinginan, sama sekali bukan kebutuhan.
Kalau kita sudah bisa membedakan yang mana kebutuhan dan yang mana keinginan maka kita bisa menentukan prioritas, mana yang harus didahulukan dan mana yang bisa ditunda.
Tidak ada salahnya memang kita memenuhi keinginan kita untuk sekali-kali makan di restoran untuk merayakan sesuatu, atau memasang aksesori mobil agar lebih aman dan nyaman. Tapi ingat, jangan sampai hal iu mengorbankan kebutuhan kita yang lain yang lebih penting.
Walaupun mungkin kini Anda merasa mampu untuk memenuhi semua keinginan Anda, tapi kita tetap harus bijaksana, jangan sampai lupa akan kebutuhan di masa yang akan datang. Kita harus mempersiapkan dana pensiun kita agar bisa menikmati hari tua dengan tenang, kita juga harus mempersiapkan dana pendidikan bagi anak-anak kita, dan itu semua adalah kebutuhan masa depan yang harus disiapkan sejak sekarang.
Yang harus diingat adalah, jangan sampai memenuhi keinginan dengan mengabaikan kebutuhan. Dan jangan sampai melupakan bahwa kebutuhan tidak musti semua datang sekarang, karena masih ada kebutuhan untuk dipenuhi di masa depan. Sedangkan yang namanya keinginan manusia tidak akan pernah ada batasnya, nanti atau sekarang.
Jadi, buat apa memenuhi keinginan Anda sekarang tapi mengorbankan kebutuhan Anda dan keluarga di masa depan. 
(Kutipan : http://www.perencanakeuangan.com/files/KebutuhanVSKeinginan.html) 


 needs-vs-wants
Manusia terlahir dengan banyak keinginan. Ingin memiliki rumah besar, mobil bagus, handphone paling mutakhir, baju baru, jam mewah dan berbagai hal lainnya. Sebagian kecil dari keinginan tersebut adalah kebutuhan, tapi sebagian besarnya biasanya tidak. Dalam posting ini, saya ingin membedakan antara keinginan dan kebutuhan terkait dengan perencanaan keuangan keluarga.

Mengenali Perbedaan Antara Keinginan dan Kebutuhan

Apa yang Anda inginkan tidak selalu Anda butuhkan. Perbedaan antara keinginan (wants) dan kebutuhan (needs) penting untuk dikenali agar kita tidak jatuh ke dalam hidup konsumtif dan suka membeli sesuatu tanpa rencana (impulse buying). Dalam kehidupan modern ini, seringkali batas antara keinginan dan kebutuhan menjadi kabur. Berbagai iklan, informasi, rekomendasi dan lain-lain mengubah cara pandang akan sesuatu. Hal yang tadinya dianggap keinginan mewah, perlahan berubah menjadi keinginan yang wajar sampai akhirnya berubah menjadi sebuah kebutuhan.Ketika ini terjadi, tak jarang kebutuhan yang lebih utama dan penting malah mendapat prioritas belakangan.
Kebutuhan adalah fungsi dasar atas sesuatu yang secara esensial diperlukan: makan untuk memenuhi nutrisi, tempat tinggal untuk istirahat, transportasi untuk bekerja, pendidikan untuk masa depan anak dan lain-lain.
Sedangkan keinginan adalah semua fungsi tambahan yang jika tidak ada sebenarnya tidak mengganggu hidup Anda akan tetapi Anda mengharapkan untuk bisa mendapatkan fungsi tambahan tersebut. Makanan yang mahal, rumah yang besar dan mewah, mobil baru dan mengkilat, dan seterusnya. Keinginan seringkali merupakan perwujudan untuk menegaskan status sosial seseorang sekaligus membuktikan kepada orang lain bahwa dia mampu memilikinya.

Keinginan yang Mengalahkan Kebutuhan

Apakah sebuah keinginan tidak boleh dipenuhi? Menurut pendapat saya boleh-boleh saja asalkan semua kebutuhan yang penting telah mendapat perhatian. Jangan sampai sebuah keinginan yang remeh temeh menggeser kebutuhan yang lebih penting dan esensial.
Sebagai contoh, ada keluarga yang rela mengambil kredit untuk membeli sebuah TV LCD baru berharga di atas 10 juta rupiah. Padahal sebelumnya keluarga tersebut masih memiliki TV yang cukup baik dan besar meskipun sudah berumur beberapa tahun. Dengan pembelian TV baru tadi mau tidak mau mengganggu pengeluaran rutin keluarga tersebut sampai-sampai uang sekolah anak harus menunggak karena tagihan kredit yang jatuh tempo.
Contoh lain adalah seorang eksekutif muda yang menyukai teknologi. Sekitar 6 bulan lalu dia telah membeli Smartphone berharga 4 jutaan. Dengan maraknya pengguna Blackberry belakangan ini, sang eksekutif muda pun tergoda dan menghabiskan lebih dari setengah gaji bulanannya untuk memenuhi keinginan tersebut. Dengan mainan baru tersebut, dia bisa chatting kapan saja, melakukan update statusnya di situs Facebook, sampai menerima email secara instan. Dengan pembelian Blackberry tersebut, sang eksekutif muda kesulitan untuk membiayai pengeluarannya pada bulan berjalan termasuk membantu membayarkan uang kuliah adiknya yang selama ini dia lakukan.
Dari kedua contoh di atas kita akan melihat apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan dan apa yang merupakan keinginan belaka.
Pada contoh pertama yakni pembelian TV LCD, keluarga tersebut membutuhkan TV untuk menonton berita sekaligus hiburan keluarga. Kebutuhan tersebut sebenarnya terpenuhi karena TV lama yang dimiliki berukuran cukup besar yakni 29 inch dan seluruh anggota keluarga cukup puas menggunakannya. Akan tetapi muncul keinginan untuk mengganti dengan LCD TV agar ruang keluarga terlihat lebih elegan dan mewah. Meskipun sebenarnya lebar layar yang ditawarkan tidak jauh berbeda dari TV yang lama. Layar LCD memang terlihat lebih menarik, namun sebenarnya secara total tidak memberi perbedaan signifikan bagi keluarga tersebut.
Pada contoh yang pertama ini, keluarga tersebut telah mengorbankan kepentingan dan kebutuhan yang lebih utama yakni pendidikan anak. Dengan pembelian tersebut, mereka harus membayar cicilan yang lumayan setiap bulannya sehingga sedikit mengganggu pengeluaran rutin bulanan termasuk membayar uang sekolah anak yang juga cukup mahal. Keluarga ini telah mengubah keinginan menjadi kebutuhan dan sebaliknya kebutuhan digeser pada urutan yang lebih bawah.
Sekarang kita lihat contoh kedua. Eksekutif muda yang satu ini sebenarnya sudah cukup puas dengan Smartphone-nya. Meskipun tidak secanggih Blackberry, namun device yang lama juga memiliki kemampuan untuk akses internet. Adapun email memang tidak bisa diakses instan namun masih bisa disinkronkan dari komputer sehingga bisa dibaca dalam perjalanan.
Pada contoh kedua, yang menjadi kebutuhan adalah alat komunikasi, terutama suara dan sms. Kebutuhan internet sebenarnya sudah lebih dari cukup terpenuhi dari komputer yang ada. Namun keinginan akan alat yang baru karena banyak orang memakainya membuat gengsi sang eksekutif muda terpancing. Dia pun mengorbankan kebutuhan lain yang lebih penting demi menyalurkan hasrat menginginkan sesuatu.

Mengelola Keinginan

Ketika seseorang menginginkan sesuatu, seringkali aspek emosional lebih mendominasi daripada aspek rasional. Bayangkan ketika Anda berjalan-jalan ke mall kemudian melihat tas yang bagus. Anda sangat ingin memilikinya karena tas tersebut akan match dengan gaya Anda sekaligus dapat ditunjukkan kepada rekan-rekan waktu pertemuan bersama minggu depan. Aspek emosional yang muncul adalah hasrat kuat untuk memiliki sehingga seolah-olah menjadi kebutuhan.
Jika kita berhenti sejenak dan berpikir, maka Anda bisa mempertimbangkan keputusan pembelian dengan lebih jernih. Anda akan berpikir bahwa di rumah masih ada 3 tas bagus yang jarang dipakai. Tas yang baru dilihat inipun mungkin hanya akan terpakai beberapa kali. Kalau dibeli, harganya cukup mahal sementara kegunaannya terbatas. Untuk memenuhi gengsi mungkin terlihat diperlukan tapi secara fungsi sebenarnya tidak ada yang berbeda.
Lantas, apakah setiap keinginan selalu tidak baik dan tidak boleh dipenuhi? Jawabannya adalah tergantung kondisi dan kemampuan Anda saat itu. Jika Anda memiliki banyak uang, membeli barang yang mahal dan memiliki prestise tentu sah-sah saja asalkan bukan dengan niat menyombongkan diri. Sebaliknya jika penghasilan Anda masih terbatas tapi memaksakan, maka di sinilah letak permasalahannya. Orang yang memiliki uang banyak sekalipun bukan berarti bisa memenuhi apa yang diinginkannya. Prinsip utama adalah pengendalian diri, pengendalian keinginan, dan menilai secara bijak apa yang perlu dipenuhi dan apa yang tidak. Dengan demikian Anda menjadi pengambil keputusan yang bijaksana.

Tips Mengelola Keinginan dan Kebutuhan

Berikut adalah tips sederhana yang dapat Anda pakai untuk mengelola segala keinginan dan kebutuhan dengan lebih baik:
  • Susun segala kebutuhan Anda
  • Prioritaskan kebutuhan tersebut dan pastikan terpenuhi lebih dahulu
  • Tentukan beberapa hal yang menjadi keinginan Anda
  • Tanyakan kepada diri Anda seberapa besar Anda membutuhkan dan mengharapkan keinginan-keinginan tadi dan buat skala prioritas
  • Jika Anda memiliki kelebihan dana, silakan lihat daftar keinginan yang mungkin dipenuhi setelah memastikan kebutuhan penting telah terpenuhi. Tanyakan pula pada diri Anda apakah kelebihan dana tersebut pantas digunakan untuk memenuhi keinginan atau ada tempat lain yang lebih membutuhkan dan lebih berhak atas kelebihan tersebut.
  • Jika Anda tidak memiliki kelebihan dana, hindari melihat benda-benda yang bisa menciptakan munculnya keinginan karena akan menjadi obsesi.
  • Jika Anda terlanjur tertarik dan memiliki keinginan untuk membeli sesuatu, hindari untuk membeli langsung pada saat itu. Netralkan emosi dan perasaan Anda dan biarkan aspek rasional Anda mengimbangi. Nanti setelah pertimbangan Anda sudah lebih wajar dan adil, Anda dapat memutuskan apakah barang yang menarik hati tadi perlu untuk dibeli atau tidak.
Mulai sekarang, mari rencanakan pengeluaran Anda dengan lebih baik. Kenali perbedaan antara keinginan dan kebutuhan. Anda adalah tuan dari uang Anda dan seharusnya Anda mengetahui dan menyadari kemana saja seharusnya uang tersebut dipergunakan. Semoga ulasan ini bermanfaat.
Kutipan : http://www.muhammadnoer.com/2009/03/antara-keinginan-dan-kebutuhan/

PERBEDAAN KEBUTUHAN DAN KEINGINAN

Posted: December 23, 2010 in Dasar Pemasaran
3

Apa sih bedanya antara kebutuhan dan keinginan?
Sebenarnya tidak ada batasan yang pasti untuk menentukan perbedaan antara kebutuhan atau keinginan. Tapi sebagai panduan, seroang kawan saya memberi definisi berikut:
Perbedaan Ditinjau Dari Segi Kesejahteraan
  • Kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan oleh manusia sehingga dapat mencapai kesejahteraan, sehingga bila ada diantara kebutuhan tersebut yang tidak terpenuhi maka manusia akan merasa tidak sejahtera atau kurang sejahtera. Dapat dikatakan bahwa kebutuhan adalah suatu hal yang harus ada, karena tanpa itu hidup kita menjadi tidak sejahtera atau setidaknya kurang sejahtera.
  • Sedangkan keinginan adalah sesuatu tambahan atas kebutuhan yang diharapkan dapat dipenuhi sehingga manusia tersebut merasa lebih puas. Namun bila keinginan tidak terpenuhi maka sesungguhnya kesejahteraannya tidak berkurang.
Dilihat Dari Segi Fungsinya
  • Makan adalah kebutuhan yang tidak terelakan. Makanan memiliki fungsi utama sebagai sumber energi untuk tubuh.
  • Sedangkan memberikan rasa enak adalah fungsi tambahan dari makanan. Maka makanan enak adalah keinginan, bukan kebutuhan. Tapi bukan berarti tidak boleh makan makanan yang enak-enak.
  • Berpakaian adalah kebutuhan kita agar terlindung dari cuaca. Pakaian juga berfungsi untuk menjaga aurat yang musti kita jaga.Tapi apakah perlu memakai pakaian yang bermerk dan mahal? Saya rasa pakaian bermerk dan mahal bukan lagi kebutuhan, tapi keinginan saja.
  • Rumah juga kebutuhan, tempat kita tinggal dan bernaung. Agar rumah bisa berfungsi dengan baik, rumah juga ditunjang dengan berbagai perlengkapan rumah tangga utama seperti panci, piring, sendok, wajan, tempat tidur dan perabotan lainnya. Setiap alat dan perabotan itu memiliki fungsinya masing-masing. Selama itu digunakan sesuai dengan fungsinya, itu adalah kebutuhan. Tapi kalau sudah digunakan untuk “pamer”, sekedar menunjukkan kepada tetangga bahwa kita pun mampu membeli seperti mereka, itu bukan lagi kebutuhan, itu hanya keinginan.
Standar kebutuhan dan keinginan berdasarkan kondisi lingkungan, aktivitas harian, tuntutan pekerjaan/profesi dan sebagainya.
Bagi sebagian orang, motor sudah merupakan kebutuhan. Untuk bisa menunjang aktifitasnya yang banyak di luar rumah dan sering bepergian, maka motor adalah alat transportasi yang menjadi kebutuhan.
Tapi seringkali kita punya keinginan untuk menambah berbagai macam aksesories motor, bukan untuk menambah kenyamanan atau kemanan berkendara, tapi hanya sekedar mempercantik penampilannya saja. Saya rasa itu bukan kebutuhan, itu cuma keinginan saja.
Sumber : http://agussale.com/kebutuhan-vs-keinginan/

Perbedaan Antara Keinginan dan Kebutuhan

1. Mendefinisikan Arti Kebutuhan
Kebutuhan sering kali diartikan sebagai sesuatu yang membuat seseorang bahagia. Definisi ini membuat banyak umat Tuhan yang menganggap apa pun yang membuat hidup mereka menjadi lebih berbahagia sebagai kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Akibatnya, mereka cenderung hidup hanya untuk mencari/mengejar apa yang membuat mereka bahagia saat ini, tanpa mempertimbangkan waktu yang akan datang. Ketika kita mengejar apa yang kita anggap kebutuhan, biasanya kita tidak akan mendapatkan kebahagiaan, karena sebetulnya kita tidak membutuhkan itu semua.
Definisi kebutuhan yang benar adalah sesuatu yang akan harus kita penuhi, sehingga kita bisa hidup normal. Definisi ini membantu kita dalam mengevaluasi kehidupan, sehingga kita bisa melihat apa yang sebenarnya harus ada di dalam hidup kita. Kebutuhan pokok umat Tuhan berkisar pada makanan, tempat tinggal yang layak (tidak harus rumah milik sendiri dan mewah), kesehatan, pendidikan, kesempatan untuk mengekspresikan diri, dan rekreasi. Daftar ini bisa ditambah lagi, namun tidak harus mahal dan tidak harus mengikuti iklan.
2. Tentukan Batasan Kebutuhan
Kebutuhan tiap-tiap orang itu unik dan berbeda. Untuk itu, kita tidak perlu membandingkan kebutuhan kita dengan orang lain. Ungkapan "rumput tetangga terlihat lebih hijau" membuat manusia merasa tidak puas dan menganggap kebutuhan mereka belum terpenuhi, sehingga mereka berusaha sekuat tenaga agar bisa hidup seperti "tetangga" mereka. Ini adalah "kompetisi" yang tidak sehat dan membuat hidup mereka tidak tenang. Ingatlah bahwa kebutuhan kita tidak ditentukan oleh tetangga atau iklan. Jadi, berusahalah untuk tidak mengikuti arus dan tentukan standar untuk diri kita sendiri.
Bagaimana cara menentukan batasan kebutuhan?
a. Menyadari adanya kebutuhan untuk menurunkan standar.
Kita harus berani mengubah gaya hidup kita. Ini bukan merupakan hal yang mudah. Tetapi hal ini akan memberi dampak positif bagi kita. Mengapa?
- Menurunkan standar sama dengan meningkatkan kualitas hidup.
Ketika kita menurunkan standar hidup kita, sebenarnya kita sedang berbuat baik untuk diri sendiri, karena kita akan merasakan hidup yang lebih damai. Kita juga harus menyadari bahwa menurunkan standar hidup tidak akan membuat kita menderita, malahan akan meningkatkan kualitas hidup kita. Kita harus menyadari bahwa kualitas hidup tidak ditentukan oleh standar hidup yang tinggi. Standar hidup yang tinggi senantiasa berhubungan dengan uang dalam jumlah besar, sedangkan kualitas hidup tidak berhubungan langsung dengan besarnya jumlah uang yang dikeluarkan.
- Menurunkan standar sama dengan menyelamatkan dunia.
Ada dua pilihan yang bisa diambil untuk menyelamatkan dunia. Pertama, kita memiliki standar hidup yang tinggi, tetapi menolak orang lain untuk memiliki standar hidup seperti kita. Kita berusaha menggunakan teknologi yang ramah lingkungan untuk meminimalkan polusi yang kita hasilkan. Kedua, kita mengizinkan orang lain berkembang dan mengurangi standar hidup mereka, sehingga setiap individu bisa memiliki gaya hidup yang sesuai dengan bagian mereka, sehingga tingkat polusi masih bisa diterima. Pilihan mana yang harus kita ambil? Pilihan kedua. Meskipun pilihan ini tidak sesuai dengan budaya saat ini, tetapi sebagai anak Tuhan, kita harus melakukan pilihan kedua, karena bisa membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik bagi semua orang.
b. Menghitung kemampuan keuangan yang dimiliki.
Hitunglah dan lihatlah dengan jujur kemampuan keuangan yang Anda miliki.
c. Sekali-sekali umat Tuhan harus mengikuti kegemaran mereka.
Setiap orang memiliki kebutuhan untuk mengikuti kegemaran/hobi mereka. Membelanjakan uang dengan baik tidak selalu berarti berlawanan dengan menikmati kehidupan. Membelanjakan uang dengan baik membutuhkan keseimbangan. Hal ini akan memaksa seseorang untuk memangkas banyak pengeluaran. Namun, mereka juga tetap bisa menikmati kehidupan. Mereka tidak takut untuk membelanjakan uang untuk memenuhi keinginan mereka, tetapi juga tidak membiarkan diri mereka menjadi budak konsumerisme.
Jika kita melakukan kegemaran/hobi kita sesekali, tidak menjadi masalah. Hal ini akan menjadi masalah jika dilakukan secara terus-menerus.
d. Melakukan evaluasi.
Proses menentukan batasan kebutuhan ini bukanlah proses yang hanya dilakukan sekali, tetapi merupakan proses yang berkelanjutan. Dalam mengevaluasi keuangan tidak berarti kita harus melakukan penghematan secara berlebihan. Dengan adanya pertimbangan dan pengendalian diri kita bisa menyisihkan uang untuk ditabung.
Penghematan memang harus dilakukan, tetapi keseimbangan dalam hidup perlu dipertimbangkan. Jangan sampai akibat melakukan penghematan dengan ketat, ada banyak hal buruk terjadi dalam hidup dan keluarga kita. Melakukan penghematan memang perlu, tetapi jika kita melakukannya hingga menyebabkan keluarga kita menderita karena kebutuhan pokok yang tidak terpenuhi, hal itu tidak benar.
3. Perhatikan Dampak Bila Keinginan Tidak Terpenuhi
Untuk bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan, kita bisa melihat dampak yang ditimbulkan dari keduanya. Keinginan tidak akan membawa dampak yang buruk jika tidak dipenuhi, sedangkan kebutuhan akan mengakibatkan dampak yang merugikan jika tidak dipenuhi. Keinginan biasanya hanya ada pada tingkat perasaan, sedangkan kebutuhan sangat nyata. Keinginan tidak akan berdampak jika ditunda, sebaliknya kebutuhan tidak bisa ditunda dan harus dipenuhi.
4. Periksa Kualitas Barang yang Dibutuhkan
Selain memeriksa dampak bila tidak terpenuhinya keinginan/kebutuhan, kita perlu melihat dampaknya bagi kita jika kualitas barang yang dibutuhkan/diinginkan diturunkan.
Keinginan bisa saja merupakan kebutuhan, tetapi dengan kualitas yang lebih tinggi daripada apa yang sebenarnya dibutuhkan. Untuk itu, kita harus memiliki pemahaman yang benar dalam membedakan antara keinginan dan kebutuhan.
5. Sadari Kebutuhan Bisa Berkembang
Kita harus menyadari bahwa kebutuhan bisa berkembang. Banyak benda yang dulunya dianggap sebagai barang mewah yang hanya memuaskan keinginan seseorang, sekarang telah berubah menjadi kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita. Terkadang produsen melalui iklan berusaha mengubah barang yang tidak penting menjadi suatu kebutuhan. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati ketika mereka menerima barang yang dulunya merupakan keinginan, sekarang sudah berubah menjadi kebutuhan. Kita harus memastikan bahwa kita memang benar-benar membutuhkan barang tersebut. Kita juga harus tetap berhati-hati terhadap keserakahan yang bisa membuat banyak keinginan diubah menjadi kebutuhan.
Ahli ekonomi memberi tahu kita bahwa sumber daya alam terbatas, tetapi keinginan manusia tidak terbatas. Sementara Mahatma Gandhi berkata: "Bumi menyediakan cukup untuk kebutuhan semua manusia, tetapi bukan untuk keserakahan semua manusia." Apakah yang membuat manusia bertindak secara serakah? Sifat alami manusia atau karena iklan?
Kesimpulan
Membedakan antara keinginan dan kebutuhan memang banyak diabaikan oleh kita -- umat Tuhan. Mereka merasa bahwa mereka tidak perlu melakukan tindakan ini. Namun, umat Tuhan harus melakukannya sehingga mereka bisa mendapatkan kebutuhan yang lebih baik. Mereka juga harus berhati-hati agar tidak melakukan penghematan secara ekstrem, sehingga merugikan diri sendiri dan keluarga mereka. Tujuan melakukan ini semua adalah untuk membuat hidup mereka menjadi lebih baik dan bukannya membuat hidup mereka menderita.
Diringkas dari:
Judul buku : Bebas dari Konsumerisme
Judul bab : Membedakan antara Keinginan dan Kebutuhan
Penulis : Benny Santoso
Penerbit : Penerbit ANDI, Yogyakarta 2006
Halaman : 225 -- 241 kutipan : http://c3i.sabda.org/perbedaan_antara_keinginan_dan_kebutuhan 















































Bagikan ke :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Twitter fb share