Meski demikian, tim peneliti menyebutkan, walaupun hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrakulikuler tersebut cenderung membuat remaja cenderung lebih mudah merasa sedih, namun bukan berarti depresi selalu dialami oleh remaja dan orang dewasa yang ingin menjadi ahli seni atau ikut kegiatan itu memicu penyakit mental.
Pemimpin peneliti, Laura N. Young dari Boston College, menyebutkan, “Penelitian ini hanya mengungkap bahwa ternyata banyak remaja yang menekuni seni ternyata mudah depresi. Kami pun berencana melakukan penelitian lebih lanjut apakah depresi ini berlanjut dan berkembang seiring para remaja itu beranjak dewasa.”
Tim peneliti menganalisis gejala depresi yang dikaitkan dengan kegiatan ekstrakurikuler remaja di Amerika. Mereka melibatkan survey terhadap 2.482 siswa berusia 15 hingga 16 tahun yang dipantau sejak tahun 2002 sampai 2010.
Dalam hasilnya, diketahui bahwa remaja yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kesenian cenderung lebih mudah depresi. Sementara mereka yang aktif dalam kegiatan olahraga dinilai lebih bahagia. (*/OL-06)
sumber : http://m.mediaindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar