Sehingga baik dijadikan tanaman penghijauan, cabang-cabangnya yang
teratur rapi dan berjauhan dengan daun yang terletak di ujung cabang
membuat pohon sukun tergolong tanaman yang beruntung. Dikatakan
demikian karena kelembaban tanaman menjadi terjaga, sehingga jarang
diserang penyakit. Akar tanaman pohon sukun tergolong akan advertif,
karena sebagian besar menyebar di dekat permukaan tanah. Bila tanaman
sudah besar, kadang-kadang sebagian akar menyembul pada permukaan
tanah. Jika dilukai dari akar tersebut akan muncul tunas sebagai
tanaman baru.
Di kalangan internasional, sukun di kenal sebagai bread fruit atau
buah roti. Sukun memiliki nama yang berlainan di daerah-daerah di
Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa sukun merupakan buah yang tidak
asing lagi dalam kehidupan sehari-hari penduduk nusantara. Ada 3 (tiga)
jenis sukun yang beredar yakni: sukun kecil atau sukun kuning, sukun
medium, sukun gundul, yang merupakan jenis buah sukun yang paling besar
yang beratnya rata-rata 2,5 – 4 kg.
Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena
keberadaannya tidak seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya
keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan produksi pangan
konvensional. Sukun dapat dipakai sebagai pangan alternatif pada
bulan-bulan Januari, Pebruari dan September, dimana pada bulan-bulan
tersebut terjadi paceklik padi. Musim panen sukun dua kali setahun.
Panen raya bulan Januari – Februari dan panen susulan pada bulan Juli –
Agustus. Di Indonesia, daerah penyebaran hampir merata di seluruh
daerah, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mengingat penyebaran sukun
terdapat di sebagian besar kepulauan Indonesia, serta jarang terserang
hama dan penyakit yang membahayakan, maka hal ini memungkinkan sukun
untuk dikembangkan. Sukun mempunyai komposisi gizi yang relatif tinggi.
Dalam 100 gram berat basah sukun mengandung karbohidrat 35,5%, protein
0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 35,5%, kalsium 0,21%, besi
0,0026%, kadar air 61,8% dan serat atau fiber 2%. Bagian yang bisa
dimakan (daging buah) dari buah yang masih hijau sebesar 70 persen,
sedangkan dari buah matang adalah sebesar 78 persen. Buah sukun yang
telah dimasak cukup bagus sebagai sumber vitamin A dan B komplek tetapi
miskin akan vitamin C. Kandungan mineral Ca dan P buah sukun lebih
baik daripada kentang dan kira-kira sama dengan yang ada dalam ubi
jalar.
Selama ini baru 4 jenis tanaman yang dianggap sebagai pendamping
padi atau beras sebagai makanan pokok yaitu jagung, ubi kayu, ubi jalar
dan kentang. lronisnya sukun belum dilirik sama sekali, padahal
kandungan gizi (karbohidrat dan energi) sukun sesungguhnya tidak kalah
dengan keempat komoditi pendamping 4 jenis tersebut. Ditinjau dari
potensi sumberdaya wilayah, sumberdaya alam Indonesia memiliki potensi
ketersediaan pangan yang beragam, dari satu wilayah ke wilayah
lainnya, baik bahan pangan sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin
maupun mineral. Pangan sumber karbohidrat biasanya berasal dari
serealia, umbi-umbian, dan buah-buahan. Untuk memenuhi kebutuhan
pangan bagi penduduk Indonesia yang hidup dalam lingkungan yang
majemuk dan memiliki anekaragam kebudayaan dan potensi sumber pangan
spesifik, strategi pengembangan pangan perlu diarahkan pada potensi
sumberdaya pangan wilayah.
Masalah pangan dalam negeri tidak lepas dari persoalan beras dan
terigu. Meski di beberapa wilayah, penduduk masih mengkonsumsi pangan
alternatif gaplek, beras jagung, sagu ataupun ubi jalar, tetapi fakta
menunjukkan bahwa terigu lebih adaptif dan adoptif daripada pangan
domestik tersebut. Gejala ini bukan saja bagi golongan menengah ke
atas, tetapi kalangan bawah pun sudah terbiasa menyantap mei, jajanan,
roti atau kue yang semua berbasis terigu.
Dalam upaya mengembangkan tanaman sukun sebagai sumber pangan
alternatif teknologi tepung campuran (tepung komposit) tampaknya cukup
prospektif sebagai pendorong diversifikasi pangan. Pendekatan ini
tentu saja tidak sesederhana yang dibayangkan, melainkan tetap
memerlukan berbagai pengkajian. Sebagai contoh, pencampuran bahan
membawa konsekuensi perubahan karakter bahan dan perubahan mutu produk
pangan. Preferensi dan budaya makan daerah yang sangat beragam
merupakan modal dasar sebagai acuan bentuk pangan yang
berdiversifikasi. Sumber karbohidrat dari buah-buahan masih relatif
tertinggal pemanfaatannya dibandingkan dengan bahan pangan sumber
karbohidrat asal serealia dan umbi-umbian. Salah satu jenis buah-buahan
yang potensial dikembangkan sebagai sumber karbohidrat ialah sukun
(Artocarpus commuris) (Heyne, 1987).
Berdasarkan kandungan karbohidrat dan nilai gizinya, buah sukun
dapat digunakan sebagai sumber pangan lokal. Dengan beberapa cara
pengolahan, buah sukun dapat digunakan untuk menunjang ketahanan
pangan. Penganekaragaman konsumsi pangan bukanlah merupakan upaya yang
mudah dan cepat dinilai keberhasilannya. Perilaku konsumsi pangan yang
sudah terpola pada masyarakat Indonesia tidaklah mudah diubah begitu
saja. Usaha-usaha yang selama ini telah dilakukan untuk
menganekaragamkan makanan, khususnya dalam rangka mengurangi
ketergantungan akan beras belumlah cukup. Sosialisasi dan pengenalan
berbagai jenis olahan perlu dilakukan secara terus menerus Untuk
menjaga kesinambungan penganekaragaman pangan non beras, perlu
dikenalkan aneka olahan dari tepung-tepungan.
Pemanfaatan sukun sebagai bahan pangan semakin penting, sejak
pemerintah mulai melancarkan program diversifikasi pangan. Meski
Indonesia pada tahun 1984 telah diakui badan pangan dunia mampu
berswasembada beras, namun hal tersebut tidak berlangsung lama. Dengan
menurunnya produksi beras dan meningkatnya konsumsi beras per kapita
(136 kg/kapita/tahun), kini Indonesia tidak lagi dapat mencukupi
kebutuhan beras. Untuk mensubstitusi kebutuhan karbohidrat sebagai
bahan pangan pokok, buah sukun merupakan salah satu alternatif
pendamping beras. Bobot buah sukun rata-rata 1500 g, dengan bobot
daging buah yang dapat dimakan sekitar 1.350 g. Konsumsi beras
rata-rata perkapita untuk sekali makan sebanyak150 g (= 117g
karbohidrat, kadar karbohidrat beras sekitar 78%). Kandungan karbohidrat
buah sukun 27% (Anonim, 1992), berarti satu buah sukun dengan bobot
daging 1.350g mengandung karbohidrat sebesar 365g. Jadi satu buah
sukun dapat dikonsumsikan sebagai penggati beras untuk 3-4 orang.
Pada tahun 2000 produksi buah sukun di Jawa Barat 1.446.100 kg
atau kurang lebih sebanyak 964.067 buah. Bila setiap keluarga dalam
sehari satu kali mengkonsumsikan buah sukun sebagai pengganti beras,
maka produksi sukun dalam setahun dapat dikonsumsikan oleh 3.792 jiwa.
Ini setara dengan konsumsi beras sebanyak 5.688 ton. Dengan melihat
potensi sukun tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa sukun dapat
dijadikan sumber pangan alternatif sebagai pengganti bahan makanan
pokok atau diversifikasi pangan. Berdasarkan kandungan nutrisinya, buah
sukun mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai salah
satu makanan pokok pendamping beras. Kandungan vitamin dan mineral buah
sukun lebih lengkap dibandingkan dengan beras, namun kalorinya lebih
rendah. Hal ini mempunyai keuntungan tersendiri, yaitu dapat digunakan
sebagai makanan diet. Untuk golongan masyarakat tertentu yang
menginginkan diet makanan kalori rendah dapat memilih buah sukun dalam
menu sehari-hari.
Dari Berbagai Sumber & http://www2.bbpp-lembang.info
Tidak ada komentar:
Posting Komentar