LIDAH BUAYA (Aloevera)
1001 MANFAAT DAN KEAJAIBAN
1001 MANFAAT DAN KEAJAIBAN
Tanaman Lidah buaya dibudidayakan secara intensif di Indonesia mulai beberapa tahun yang lalu, utamanya di
Pontianak,
Kalimantan Barat. Hal ini dilakukan untuk memenuhi pasar dalam negeri
dan ekspor terutama ke Jepang. Jepang adalah negara pengguna lidah
buaya terbesar di dunia, kebutuhan akan lidah buaya segar tidak kurang
20 kontainer (300 ton) per bulan yang sementara ini banyak dipasok oleh
Brazil dan Thailand.
Walaupun dikenal 350 jenis Aloe, hanya lima jenis yang diusahakan
secara komersial, yaitu Aloe vera (Aloe barbadensis Miller atau Caracao
aloe), Aloe perryi, Aloe ferox, Aloe Arborescens dan Aloe Saponaria.
Dari kelima jenis Aloe tersebut, hanya Aloe vera yang paling berpotensi
dikembangkan guna memenuhi kebutuhan industri farmasi, pangan dan
kosmetika.
Tanaman ini mudah diperbanyak dan relatif
tidak menuntut pemeliharaan intensif baik di lahan pekarangan, dalam
pot atau polibag. Lidah buaya dapat tumbuh mulai di daerah dataran
rendah sampai pegunungan. Untuk berproduks
i
secara optimal, lidah buaya menghendaki ketinggian 200 – 700 m dpl.
dengan jenis tanah aluvial, latosol, podsolik, andosol, atau regosol
dengan drainase yang cukup baik. Di daerah yang bersuhu antara 16oC –
33oC , lidah buaya dapat tumbuh baik dengan curah hujan 1.000 – 3.000
mm kubik per tahun dan musim kering agak panjang.
Budidaya lidah buaya sebaiknya dilakukan secara organik (dengan pupuk
kandang dan tanpa pestisida) serta menjaga sanitasi lingkungan dan
pemeliharaan lainnya yang intensif. Apalagi, tanaman ini relatif sedikit
hama dan penyakit yang mengganggunya, maka besar kemungkinan
produktivitasnya akan tinggi. Dengan asumsi penanaman lidah buaya
dilakukan secara intensif, berat panenan setiap pelepah bisa mencapai
0,8
– 1 kg dan populasi per hektar mencapai 7.000-10.000 tanaman. Dengan
demikian, 1 ha lahan dapat menghasilkan 5,6 -10 ton berat basah. Di
pasaran, harga pelepah segar Rp 1.300 per kg dan biasanya dijual dalam
bentuk cendol lidah buaya untuk dikonsumsi. Produk olahan berupa
minuman sari lidah buaya biasanya dijual dengan harga Rp 1.500 – 2.000
per gelas (cup).
Sebanyak 95% lidah buaya mengandung air, sisanya adalah bahan aktif (active ingredients) seperti: minyak esensial, asam amino, mineral, vitamin, enzim dan glikoprotein. Lidah buaya mengandung cairan bening seperti jeli dan cairan berwarna kekuningan yang mengandung aloin. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam tanaman ini adalah barbaolin, isobarbaloin, aloe-imodin, aloenin dan aloesin yang mengandung antibiotik. Efek farmakologis lidah buaya diantaranya adalah obat luka bakar, pencahar (laxatic), parasiticide dan memperbaiki pancreas. Juga, tanaman ini sebagai obat sakit kepala, pusing, sembelit (constipation), kejang pada anak, kurang gizi (malnutrition), batuk rejan (pertussis), muntah darah, kencing manis, wasir, dan meluruhkan haid. Dan tak kalah pentingnya, lidah buaya dapat dijadikan sebagai obat alamiah untuk penderita HIV/AIDS karena kandungan polisakarida dan acelated mannose.
Daun
lidah buaya digunakan sebagai dasar kosmetika karena mengandung Zn, K,
Fe, Vitamin A, asam folat dan kholin. Gel/lendir lidah buaya
mengandung vitamin B1, B2, B6, B12, C, E, inositol dan asam folat.
Kandungan mineral lidah buaya antara lain adalah kalsium, fosfor, besi,
sodium, magnesium, mangan, tembaga dan chromium dan zinc, sedangkan
enzim yang terkandung adalah amylase, catalase, cellulose,
carboxypeptidase, carboxyhelolase, phophatase, lipase, catalase,
creatine phoshokinase, nucelotidase, alkaline, proteolytase, dan
lain-lain.
Namun, apabila digunakan dalam jangka waktu yang sangat lama, lidah buaya berakibat efek samping, misalnya: urine berwarna merah muda (pink) atau merah, dan kerusakan pada ginjal atau diare yang akut, atau jantung berdebar karena kurangnya kadar potasium dalam darah. Oleh karena itu, dianjurkan untuk berhenti mengkonsumsi lidah buaya dan segera berkonsultasi dengan dokter!
Disamping itu, perlu kehati-hatian dalam mengkonsumsi lidah buaya utamanya bagi: anak-anak dibawah usia 12 tahun, wanita hamil atau merencanakan kehamilan, wanita yang sedang haid dengan pengeluaran darah yang banyak, ibu sedang menyusui, Orang yang mengalami gangguan pada perut dan usus, orang yang mengkonsumsi obat-obatan dari jenis licorine, diuretik, atau kortikosteroid, pengidap penyakit Crohn’s, orang yang mengkonsumsi obat antiarrythimic, dan orang yang setelah operasi laparotomy .


Di negara Hongkong, Taiwan dan Cina, mengkonsumsi lidah buaya sudah membudaya. Masyarakat di sana mengkonsumsi lidah buaya dalam bentuk juice, manisan bahkan dicampur dengan teh. Jika ingin lebih kreatif, daging lidah buaya sebenarnya lezat untuk dijadikan beragam masakan. Produk olahan lidah buaya antara lain: nata the aloe, krupuk, instant lidah buaya, sirup, dodol, selai, tepung, aloe leather dan koktail sampai Aloe vera gel. Kare
na teksturnya kenyal dengan rasanya menyegarkan, lidah buaya juga cocok untuk campuran salad dan tumisan.
Melihat berbagai peluang usaha tersebut, baik sebagai bahan baku maupun olahan, lidah buaya menjadi salah satu lahan bisnis domestik maupun ekspor yang sangat menggiurkan. Apalagi, negara kita masih sebagai pengimpor lidah buaya seperti untuk industri sabun, sampho, tepung aloe, dan sari aloe, serta olahan lainnya.***
Sebanyak 95% lidah buaya mengandung air, sisanya adalah bahan aktif (active ingredients) seperti: minyak esensial, asam amino, mineral, vitamin, enzim dan glikoprotein. Lidah buaya mengandung cairan bening seperti jeli dan cairan berwarna kekuningan yang mengandung aloin. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam tanaman ini adalah barbaolin, isobarbaloin, aloe-imodin, aloenin dan aloesin yang mengandung antibiotik. Efek farmakologis lidah buaya diantaranya adalah obat luka bakar, pencahar (laxatic), parasiticide dan memperbaiki pancreas. Juga, tanaman ini sebagai obat sakit kepala, pusing, sembelit (constipation), kejang pada anak, kurang gizi (malnutrition), batuk rejan (pertussis), muntah darah, kencing manis, wasir, dan meluruhkan haid. Dan tak kalah pentingnya, lidah buaya dapat dijadikan sebagai obat alamiah untuk penderita HIV/AIDS karena kandungan polisakarida dan acelated mannose.
Namun, apabila digunakan dalam jangka waktu yang sangat lama, lidah buaya berakibat efek samping, misalnya: urine berwarna merah muda (pink) atau merah, dan kerusakan pada ginjal atau diare yang akut, atau jantung berdebar karena kurangnya kadar potasium dalam darah. Oleh karena itu, dianjurkan untuk berhenti mengkonsumsi lidah buaya dan segera berkonsultasi dengan dokter!
Disamping itu, perlu kehati-hatian dalam mengkonsumsi lidah buaya utamanya bagi: anak-anak dibawah usia 12 tahun, wanita hamil atau merencanakan kehamilan, wanita yang sedang haid dengan pengeluaran darah yang banyak, ibu sedang menyusui, Orang yang mengalami gangguan pada perut dan usus, orang yang mengkonsumsi obat-obatan dari jenis licorine, diuretik, atau kortikosteroid, pengidap penyakit Crohn’s, orang yang mengkonsumsi obat antiarrythimic, dan orang yang setelah operasi laparotomy .
Di negara Hongkong, Taiwan dan Cina, mengkonsumsi lidah buaya sudah membudaya. Masyarakat di sana mengkonsumsi lidah buaya dalam bentuk juice, manisan bahkan dicampur dengan teh. Jika ingin lebih kreatif, daging lidah buaya sebenarnya lezat untuk dijadikan beragam masakan. Produk olahan lidah buaya antara lain: nata the aloe, krupuk, instant lidah buaya, sirup, dodol, selai, tepung, aloe leather dan koktail sampai Aloe vera gel. Kare
Melihat berbagai peluang usaha tersebut, baik sebagai bahan baku maupun olahan, lidah buaya menjadi salah satu lahan bisnis domestik maupun ekspor yang sangat menggiurkan. Apalagi, negara kita masih sebagai pengimpor lidah buaya seperti untuk industri sabun, sampho, tepung aloe, dan sari aloe, serta olahan lainnya.***
(Dari berbagai sumber & http://www2.bbpp-lembang.info)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar